Repair Win 7 Kado Pernikahan Tabahkan aku Kabhialvida na kehna Kepiting Pedas Anxietas Dawai Asmara XP Repair SFilm Veer Zaara

Jumat, 16 Maret 2012

Kado Penikahan Bab 12

Saat Tepat untuk Berhias

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu biasa membaca Al-Qur’an, kata Al-Qasim bin Abdurrahman. Jika sudah selesai membaca dia bertanya, “Mana orang-orang yang masih bujangan?” Kemudian ia berkata lagi,
“Mendekatlah ke sini, kemudian katakan, ‘Ya Allah anugerahilah aku seorang wanita yang apabila kupandang dia membuatku senang, jika kusuruh dia menurutiku, dan jika aku meninggalkannya dia menjaga dirinya dan hartaku’.” Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugerahkan kepadanya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah, terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan-kesenangan di luar, tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya. Baiti jannati. Rumahku surgaku. Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami semakin bertambah kuat jalinan perasaannya (‘athifah). Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Barangkali ungkapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu tentang istrinya, Fathimah binti Rasulullah, merupakan gambaran sempurna tentang istri yang apabila dipandang membuat suami merasa semakin sayang. Kata Sayyidina Ali, “Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.”
Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia mempunyai istri yang wajahnya cantik memikat.
Tetapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta- fakta. Kedua, bantahan as-Sunnah dari Rasulullah Muhammad Saw.
Konon, Christina Onassis mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir, ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri. Christina memiliki kecantikan wajah yang memikat. Banyak laki-laki yang mengaguminya. Tetapi perkawinannya tak pernah lama. Mereka yang dulu sangat mengaguminya, menyudahi perkawinan Christina dengan bercerai. Kecantikan wajah tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan (‘athifah) antara Christina dan suami-suaminya tidak semakin kuat. Kasus Christina memberi pelajaran bagi kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya lebih bersifat qalbiyyah.
Christina Onassis tidak sendirian. Ada kasus-kasus lain, baik yang mencuat ke permukaan maupun tidak. Tetapi bukan bagian kita saat ini untuk mengkompilasi kasus-kasus seperti yang dialami oleh putri Onassis ini. Cukuplah kasus Christina Onassis sebagai bantahan pertama. Rasa cinta dan ‘athifah (jalinan perasaan) bukan tumbuh dari wajah yang mempesona. “Engkau tak mungkindapat mencukupi kebutuhan semua orang dengan hartamu; karenanya, cukupilah mereka semua dengan wajahmu yang gembira dan watak yang baik.”
Dalam bentuk sederhana, kita mendapati di sekeliling kita bahwa orang lebih mudah tersentuh hatinya oleh keramahan dan kelembutan daripada keelokan wajah. Sikap yang baik meluluhkan hati manusia sehingga di hatinya tumbuh kasih-sayang. Sedang kecantikan wajah segera sirna pesonanya ketika ia menampakkan sikap kurang bersahabat, keras hati, dan meninggikan diri. Allahu A’lam bishawab. Dari bantahan pertama yang berupa fakta, marilah kita memeriksa bantahan kedua, yaitu hadis Nabi Muham-mad Saw. Rasulullah al-ma’shum pernah bersabda, “Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikannya itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena hartanya, mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan tetapi nikahilah seorang wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya, adalah lebih utama.” (HR Ibnu Majah).
Ada lagi hadis yang sangat populer di kalangan kita tentang kriteria wanita yang akan dinikahi. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Biasanya wanita dikawini karena empat (hal): karena hartanya, karena kebangsawanannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya (akhlaknya). Maka pilihlah yang beragama (berakhlak) semoga beruntung usahamu.” (HR Bukhari & Muslim).
Lalu, apakah hadis-hadis tersebut tidak bertentangan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Khathib? Al-Khathib meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, “Memandang wajah yang tampan atau cantik dapat menjernihkan mata, sedangkan memandang wajah yang jelek mengakibatkan wajah masam dan cemberut.” Sebelum berbicara lebih lanjut, mari kita dengarkan penjelasan pakar hadis zaman ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Dalam Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’, Al-Albani menyatakan bahwa hadis itu maudhu’. Palsu. Dengan demikian sama sekali tidak tidak bisa dipakai sebagai argumentasi (hujjah) yang dapat diterima. Al-Albani lebih lanjut menegaskan, “Umumnya perawi ini meriwayatkan hadits- hadits munkar, bahkan saya yakin bahwa dialah yang memalsu hadits ini. Demikian pernyataan Ibnu Adi.”
Ada hadis-hadis serupa dengan ini, tetapi kedudukannya juga maudhu’ (palsu). Karena itu, saya kira saya tidak perlu menambahkan di sini. Cukuplah penjelasan tentang kemaudhu’an satu hadis di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan ini semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zahir. Ada yang lebih bersifat bathiniyyah. Lebih bersifat psikis. Lebih lanjut tentang masalah ini bisa Anda baca pada bab Ada Keindahan Yang Lebih Besar.
Sekalipun demikian, perhatian terhadap kecantikan yang bersifat psikis hendaknya tidak melalaikan wanita untuk merawat kecantikan fisiknya. Seorang wanita shalihah insya-Allah akan merawat kecantikannya dan berdandan untuk suaminya, justru karena rasa sayangnya yang sangat besar terhadap suami dan terutama karena kesadarannya tentang kewajiban untuk menjadikan pandangan mata suaminya sejuk ketika memandangnya. Dengan demikian suami tak tergerak untuk memandang yang lain. Ia mencukupkan diri dengan hanya memandang istrinya.
Saya jadi teringat kepada sebuah hadis Nabi. Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Ad- Dailami meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras menjaga kehormatannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.”
Muhammad Utsman al-Khasyat menulis di dalam buku Muslimah Ideal Di Mata Pria tentang penampilan fisik bagi wanita. Kata al-Khasyat, “Setiap wanita sangat membutuhkan penampilan fisik. Ia juga mesti bertingkah-laku wanita dan berusaha menampakkan kelembutan dan daya tariknya. Wanita seperti ini menunjukkan penghormatan kepada kewanitaannya dan memperlihatkan keinginannya untuk menarik perhatian suaminya.”Seorang istri shalihah yang mencintai suaminya akan berusaha merawat kecantikannya untuk menyejukkan pandangan mata suami, sehingga tidak memandang wanita ajnabi yang bukan haknya. Ia berhias ketika di rumah, dan tidak melakukannya ketika keluar rumah. Di saat ia berada di samping suaminya, ia bisa memakai parfum yang menghangatkan penciuman suami. Tetapi tidak memakainya ketika keluar, karena untuk ke masjid saja ia harus membersihkannya sampai tak tercium baunya kalau pada saat itu ia sedang berparfum.Lebih lanjut silakan periksa kembali bab Memasuki Malam Zafaf pada pembahasan tentang sebaik-baik perhiasan bagi laki-laki dan perempuan.Berhias bagi seorang istri untuk suaminya termasuk perbuatan yang mempunyai nilai ‘ibadah. Demikian juga bagi suami, sunnah berhias bagi istrinya sekalipun ada perbedaan antara berhias bagi laki-laki dan berhias bagi wanita. Mengharumi tubuh merupakan salah satu sunnah dalam berhias bagi seorang laki-laki. Rasulullah Saw., kata Muhammad Abdul Halim Hamid dalam buku Bagaimana Membahagiakan Istri (Citra Islami Press, Solo, 1996), adalah orang yang paling wangi baunya. Beliau mencintai wewangian dan memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk memakainya. Bau wewangian juga merupakan faktor penguat ikatan cinta suami-istri dan menjauhkan dari rasa sebal.Wallahu A’lam bishawab. Seorang istri bisa berhias untuk suaminya kapan saja, sejauh tidak menyebabkan kewajibannya terlalaikan. Tetapi ada tiga waktu yang insya-Allah tepat untuk berhias, yaitu ketika suami akan pergi, ketika suami pulang, dan ketika berangkat ke pembaringan. Tiga waktu ini memberi kesan khusus bagi suami, sehingga lebih berarti dibanding waktu lain kecuali saat berjima’ dan saat suami sedang manja. Wallahu A’lam.

Ketika Suami Akan Pergi
Pada awal berumah-tangga, seorang istri mungkin bisa berhias secara sempurna. Tetapi ketika anak sudah banyak, agaknya repot bagi istri untuk berhias secara sempurna setiap pagi ketika akan melepas suaminya berangkat bekerja. Urusan dengan anak, terutama ketika anak masih balita, cukup menyita waktu dan perhatian. Sekalipun demikian, hendaklah istri bisa menyisakan waktu untuk berhias bagi suaminya agar ketika suami berangkat yang terakhir dilihatnya adalah wajah istri yang cantik dan menyejukkan. Berhias ketika suami akan berangkat kerja, tidak mesti harus mempercantik diri dengan alat kosmetik. Di saat sangat repot mengurusi anak, agaknya menjaga kebersihan muka yang berseri-seri telah cukup untuk merawat jalinan perasaan suami kepada Anda. Ini terutama ketika Anda menemaninya di meja makan, saat-saat yang berarti bagi suami sebelum berangkat kerja. Suasana di meja makan, kata Muhammad Abdul Halim Hamid, dapat digunakan untuk menunjukkan rasa kasih-sayang, demikian juga ketika Rasulullah Saw. sedang menyantap hidangan dengan istrinya. Ia mengambilkan makanan, menyuapkannya dan demikian pula sebaliknya. Ia meminum di tempat istrinya dan demikian pula sang istri berbuat yang sama. Begitu Muhammad Abdul Halim Hamid menulis di bukunya. Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Suatu saat ketika saya haid saya minum dengan gelas Rasulullah Saw., kemudian beliau meminum di tempat saya meletakkan mulut. Ketika saya haid dan tubuh saya berkeringat, saya memberikan gelas kepada Rasulullah dan beliau meminumnya di tempat mana saya meminum.” (HR Muslim).Sekali lagi, dalam kehidupan sehari-hari istri Anda mungkin tidak bisa berhias dengan sempurna setiap Anda akan berangkat kerja karena banyaknya kesibukan yang harus ia jalani sebagai istri, ibu dan kepala rumah-tangga (sedang Anda sebagai kepala keluarga). Apalagi jika anak sudah banyak, sebagian masih kecil dan membutuhkan banyak perhatian. Sedangkan yang ada dalam kandungan sudah mencapai usia tujuh bulan.Ia mungkin tidak sempat memakai ghumrah (pemerah pipi dari za’faran), padahal Anda termasuk suami yang menyukai melihat wajah istri yang memerah lembut. Dan Anda pun termasuk suami yang mengharapkan dapat merasakan aroma mewangi ketika mengecup istri menjelang berangkat kerja atau pergi jauh.Ia mungkin juga tidak sempat untuk memberi khidhab (pewarna telapak tangan), jika sebelumnya ia biasa memakai untuk Anda. Ia juga tidak mempercantik dirinya dengan sesuatu yang sangat Anda sukai. Semua itu bukan karena cintanya kepada Anda telah berkurang. Tetapi karena besarnya perhatian dan tanggung jawab istri Anda terhadap anak-anak. Dalam hal ini, Anda perlu memahami dan menerima istri Anda. Ada satu catatan. Pagi hari merupakan stressful-time (waktu yang paling mudah menimbulkan stres) bagi hampir semua anggota keluarga, terutama keluarga yang tidak memiliki pembantu. Apalagi pada masa sekarang, ketika pendidikan anak umumnya diserahkan kepada lembaga pendidikan formal, sejak dari TK (bahkan play-group) sampai dengan SLTA, stres “pagi hari” lebih mudah muncul. Ibu sibuk memandikan si kecil yang baru menginjak usia satu setengah tahun sambil tetap menjaga agar nasinya tidak hangus. Sementara kakaknya yang usia 5 tahun bersiap- siap untuk pergi ke TK bersama kakaknya yang akan belajar di SD. Belum lagi harus mengurusi Anda yang kadang juga meminta perhatian hampir sama besarnya dengan anak yang sudah duduk di SMP. Praktis, istri tidak bisa setiap hari berhias secara sempurna. Meskipun demikian, seorang istri ada baiknya untuk tetap mengusahakan agar dapat kelihatan berseri-seri ketika menemani suami makan dan melepasnya pergi. Menata rambut secara sederhana (kalau di hadapan suami kan nggak apa-apa melepas jilbab) dan membersihkan muka sekedarnya dengan air (tanpa lotion pembersih muka), cukuplah. Asal tidak awut-awutan. Apalagi kalau setiap pagi begitu.  Adapun kalau Anda ingin membahagiakan suami dengan berhias secara sempurna, maka yang demikian ini lebih baik. Insya-Allah pandangan mata suami Anda akan lebih terjaga, sehingga hatinya juga ikut terjaga. Tetapi Anda tetap perlu memperhatikan siapa suami Anda. Sebab Anda berhias untuk suami Anda seorang.Sebagian suami senang melihat istri yang memakai kosmetik. Sebagian ada yang senang kalau istrinya polos. Tidak menggunakan alat-alat kosmetik apa pun meskipun hanya untuk di rumah. Bahkan bedak pun tidak, karena kecantikan memancar dari jiwa. Sebagian senang melihat istrinya memakai ghumrah (pemerah pipi) dan lipstik saat di rumah. Tetapi ada juga yang tidak suka kalau istrinya memakai lipstik karena merasa seronok. Nah, Anda perlu memperhatikan masalah-masalah se-macam ini disamping memperhatikan kesukaan Anda sendiri. Biarlah sekali waktu suami Anda tertegun ketika melihat Anda. Masih ada satu catatan lagi. Seorang istri hendaknya menjaga diri agar tidak berlebihan dalam berhias, baik dalam pemakaian alat kosmetika dan perhiasan maupun waktu yang dihabiskan untuk berhias. Terkadang ada wanita yang karena kurang percaya diri atau karena kecenderungan untuk mengagumi kecantikan dirinya secara berlebihan, menjadikan dirinya tidak dapat mengendalikan keinginan untuk menggunakan berbagai alat kosmetik. Begitu juga terhadap mode-mode pakaian, tidak terkecuali busana muslimah. Juga, terkadang ada wanita yang senang berlama- lama mematut diri di depan cermin untuk berhias. Begitu lamanya ia berhias sampai ia tertegun kagum memandang dirinya. Sementara suami bosan menunggu dan sampai menyebabkan dirinya merasa jengkel. Hal semacam ini perlu dihindari oleh seorang istri shalihah. Berhias untuk suami itu baik. Berhias itu fithrah. Apalagi bagi seorang wanita. Ia bisa memperoleh kebahagiaan di dalamnya. Tetapi ia harus memperhatikan agar tidak sampai berlebihan. Selebihnya, bagi Anda yang ingin membaca lebih jauh silakan periksa buku Muslimah Ideal Di Mata Pria karya Muhammad Utsman al-Khasyat. Sebaliknya, seorang suami juga perlu belajar memahami istrinya. Kalau Anda cukup lima atau sepuluh menit saja untuk berhias, maka tidak demikian untuk istri Anda. Perawatan tubuh pada laki-laki berbeda dengan wanita. Kecenderungan alamiah maupun proses belajar antara Anda dan istri Anda juga berbeda. Jumlah penampang penghasil bau badan juga berbeda. Wanita memiliki apocrine yang menghasilkan bau badan khasnya, 70% lebih banyak dibanding laki-laki, meskipun ada sebagian laki-laki yang apocrinenya cukup besar.Jadi pahamilah istri Anda kalau ia membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk berhias. Terimalah istri Anda. Insya-Allah Anda akan mendapati istri Anda semakin sayang kepada Anda. Dan Anda pun merasa semakin sayang ketika memandang wajahnya yang bersih dan bola matanya yang memancarkan rasa cinta dan kerinduan halus kepada Anda.

Ketika Suami Pulang
 “Engkau,” kata Rasulullah Saw., “tak mungkin dapat mencukupi kebutuhan semua orang dengan hartamu; karenanya, cukupilah mereka semua dengan wajahmu yang gembira dan watak yang baik.” (HR Al-Hakim dalam Mustadrak).Rumah bukan hanya rumah, kata Ruqayyah Waris Maqsood. Rumah adalah tempat berlindung, tempat yang memberikan ketenteraman, kedamaian, tempat berbagai hal, dan tempat rizki. Ketenteraman dan keteduhan jiwa bagi istri. Juga tempat suami menemukan ketenangan. Rumah adalah surga bagi penghuninya (mudah-mudahan Allah menjadikan rumah kita termasuk yang demikian. Amin). Ketika seorang suami mengalami kepenatan selama di luar rumah, terutama kepenatan-kepenatan yang bersifat psikis, maka ia mendapatkan kegairahan dan semangat baru ketika bertemu dengan istrinya di rumah. Sambutan yang hangat disertai senyum mesra dan pandangan mata yang menampakkan kerinduan, meluluhkan rasa capek dan mungkin juga gumpalan-gumpalan emosi di luar rumah. Apalagi jika suami sedang menghadapi pekerjaan yang memeras energi psikis, maka yang dapat menyejukkannya adalah wajah yang gembira dan watak yang baik. Begitu pelajaran yang bisa kita tarik dari hadis riwayat Al-Hakim di awal sub bab ini. Atau pada saat tertentu suami harus mencari pangkuan istri untuk menemukan kedamaian ketika merebahkan kepalanya. Suatu ketika mungkin Anda akan benar-benar menjumpai suami Anda berharap bisa merebahkan kepalanya di pangkuan Anda (sebagaimana, Anda akan mencari dada suami di saat ada air mata yang harus ditumpahkan dan luapan perasaan yang ingin Anda bagi tanpa dinyatakan secara lisan). Inilah salah satu manfaat perkawinan yang barakah: menghidupkan kembali semangat dan kekuatan saat bertemu istri di rumah. Imam Al-Ghazali menulis, “Salah satu manfaat perkawinan adalah kenikmatan mempunyai pendamping dan memandangnya dan dengan berbagi kegembiraan bersamanya membuat hati disegarkan kembali dan diperkuat untuk mengabdi kepada Allah; karena jiwa cenderung mengalami kebosanan dan cenderung untuk mengelak kewajiban sebagai sesuatu yang tak wajar. Jika jiwa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tak disukainya, maka ia akan mengeluh dan mundur, tetapi jika dihidupkan kembali dengan kesenangan dari waktu ke waktu maka ia akan memperoleh kekuatan dan semangat baru.” Sempurnalah perkawinan dan kebahagiaan yang dirasakan ketika rumah memberi kedamaian dan penuh kasih-sayang (sehingga anak-anak kelak tak ingin lari dari rumah). Sempurnalah kebahagiaan ketika suami semakin sayang setiap memandang wajah istrinya yang semata wayang. “Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki,” kata Rasulullah Saw., “istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih-sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak bisa membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.” Di saat suami pulang dari bepergian (terutama bepergian jauh), istri diharapkan dapat menyambutnya dengan kegembiraan wajah, kehangatan senyuman, dan diri dalam keadaan berhias. Barangkali, dibanding berhias saat suami akan pergi, berhias ketika suami pulang jauh lebih besar maslahat dan manfaatnya. Kepercayaan dan rasa cinta yang mendalam, bisa disuburkan dari sini. Kepercayaan dan rasa sayang suami kepada istri, juga kepercayaan dan kesetiaan istri kepada suami, insya-Allah akan berkembang dari sini. Begitu pentingnya berhias dan menampakkan kehangatan sikap ketika suami pulang, sehingga Rasulullah Saw. melarang suami pulang mendadak di malam hari agar istri berkesempatan untuk membersihkan diri dan merapikan dandanan terlebih dulu. Yang demikian ini juga dimaksudkan agar kepulangan suami yang mengagetkan, tidak menumbuhkan bibit rasa tidak suka dalam diri istri terhadap suami.
Dari Jabir r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Bila salah seorang dari kalian bepergian untuk waktu lama, janganlah pulang menemui istri pada malam hari.” (Muttafaqun ‘alaih). Mengapa suami yang habis bepergian jauh untuk waktu yang lama tidak diperkenankan pulang mendadak? Ada tujuannya. Dari Jabir r.a., Rasulullah Saw. bersabda:
“Apabila kamu datang dari bepergian, janganlah kembali kepada istrimu pada malam hari, agar ia dapat mencukur rambut kemaluannya lebih dulu dan merapikan dandanannya serta lakukanlah jima’.” (HR Imam yang Lima kecuali An-Nasa’i). Berhias semenarik mungkin ketika suami pulang dari bepergian jauh, apalagi jika seminggu tidak pulang, barangkali lebih mudah dilakukan istri. Tanpa diminta pun, istri insya-Allah akan menyambut suaminya dengan penuh kecantikan dan kehangatan. Perasaan kangen yang besar dan cinta yang meluap, akan menjadikan pertemuan dengan suami begitu berarti. Inilah saatnya istri menyambut suami dengan dandanan yang rapi, kening yang harum dan (maaf) kemaluan yang tercukur bersih rambutnya.
Kata Rasulullah Saw., “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Ad-Dailami dari Anas r.a.). Tapi istri barangkali tidak bisa selalu menyambut suami dengan dandanan sempurna setiap hari. Mungkin hari itu ia kelelahan karena banyaknya pekerjaan rumah-tangga yang menumpuk, si kecil yang rewel seperti bapaknya (he hmmm) dan tamu bulanan yang datang beserta sindrom menstruasinya yang menyebabkan istri mudah letih. Mungkin hari itu ia lagi teringat orangtua dan saudara-saudaranya yang sudah lama tak berjumpa. Begitu kangennya dengan orang-orang yang ia cintai (meskipun ia sangat mencintai Anda), sehingga ia menjadi lamban. Dan ia tak sempat berhias ketika menyambut kedatangan Anda. Hal-hal semacam ini perlu Anda pahami. Tanpa kesediaan untuk memahami, keindahan rumah-tangga sulit tercapai. Nasehat Ruqayyah Waris Maqsood mengenai masalah ini patut kita simak. Jika seorang laki-laki tiba di rumah lebih awal dari biasanya, kata Ruqayyah, sebaiknya ia menunggu, sehingga istri yang belum berpakaian secara layak mempunyai waktu untuk merapikan diri. Sekali waktu, mungkin istri tidak bersikap seperti yang Anda kehendaki. Padahal saat itu Anda ingin sekali melihat istri Anda tampak anggun dan menyenangkan. Anda juga ingin sekali mencium aroma wangi dari ma'athif (antara leher dan geraham) istri Anda tersayang. “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras menjaga kehormatannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.” Jika suatu saat Anda mengalami, dengarkan nasehat Ruqayyah Waris Maqsood. Kata Ruqayyah, “Jangan merasa bersedih karena istri Anda tidak bersikap seperti yang Anda kehendaki. Bicaralah! ‘Sayang, aku senang sekali kalau kau mengenakan baju yang bersih dan parfum untukku seorang. Aku tahu kau merasa lelah hari ini, tetapi jika kau mau melakukannya untuk menyenangkan hatiku, aku tahu kau masih menyayangiku’.”
“Perhatikanlah kata-kata penting pernyataan Anda,” kata Ruqayyah mengingatkan, “ungkapkan kekecewaan Anda, akuilah kerja keras dan pengorbanan mereka, nyatakan kebutuhan Anda akan cinta dan kehormatan dan lihatlah hasilnya.”

Ketika Suami Harus Pulang Mendadak
Salah satu saat yang penting lainnya adalah saat datangnya fitnah, kata Muhammad Abdul Halim Hamid, yaitu ketika seorang istri merasakan perubahan jiwa pada diri suaminya yang diakibatkan oleh pengaruh para pesolek jalanan yang menggoda. Maka hendaklah ia segera berdandan secantik mungkin. Hal ini dilakukan untuk memagarinya dari fitnah nafsu dan menghindarkan matanya dari melirik wanita lain. Ada saatnya ketika pulang menemui istri menjadi keharusan. Mungkin tidak lama setelah suami Anda berangkat kerja. Mungkin ketika suami Anda sedang bepergian santai untuk menikmati suasana. Dan ia tiba-tiba pulang menemui Anda karena mengingat nasehat Rasulullah Mu-hammad Saw., “Jika salah seorang di antara kamu melihat wanita cantik dan hatinya menjadi cenderung kepada wanita itu, maka ia harus langsung pulang dan menemui istrinya dan mendatanginya di tempat tidur supaya ia terhindar dari pikiran yang kotor.” (HR Muslim). Maka jika suatu saat suami Anda pulang mendadak dan mengajak Anda untuk melakukan jima’, berbahagialah. Karena suami Anda memelihara cinta dan kesetiaannya kepada Anda. Suami Anda masih menjaga agama dan kehormatan seksualnya. Rasa cintanya kepada Anda mencegah dia dari membiarkan pikirannya terkotori oleh fantasi yang bukan-bukan. Karena itu, jika suatu ketika suami Anda harus pulang mendadak untuk memperoleh kehangatan dari Anda, segeralah membersihkan diri dan merapikan dandanan. Mintalah suami Anda untuk menunggu Anda berhias sejenak dengan sikap yang mesra, hangat dan menggemaskan. Atau, kalau suami Anda tidak sabar untuk memandangi wajah Anda, biarlah ia tertegun memandangi Anda ketika berhias. Akan tetapi kalau suami Anda tidak sabar menunggu Anda berhias, maka Anda lebih bijaksana. Jangan biarkan ia kecewa karena hasratnya tersendat beberapa saat. Doro- ngan seks laki-laki memang berbeda dengan dorongan seks wanita! Ekspresi keinginan untuk melakukan hubungan seks antara Anda dan suami Anda memang berbeda!
Dari Abu Ali Thalaq bin Ali r.a., sesungguhnya Ra-sulullah Saw. bersabda, “Apabila seorang suami mengajak istrinya, maka penuhilah segera meskipun ia sedang berada di dapur.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Abdullah bin Mas’ud r.a. mengatakan bahwa dia mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
“Seorang istri yang diajak oleh suaminya ke tempat tidurnya, tetapi dia menangguhkannya hingga suaminya tidur, maka istri tersebut dalam keadaan laknat.” Begitulah. Maka ketika suami Anda harus pulang mendadak demi menyelamatkan agama, kehormatan seksnya, serta kesetiaan cintanya kepada Anda, segeralah menyambut suami Anda dengan kehangatan yang lain daripada hari-hari biasanya. Tunjukkanlah kerinduan Anda kepadanya dan tatapan mata cinta yang menggemaskan, sehingga ia semakin kuat hasratnya. Atau, (kalau anak-anak tak melihat) berikan kecupan hangat yang menggairahkan dan kemanjaan yang membuatnya dekat dengan Anda. “Sebaik-baik istri kamu,” kata Rasulullah Saw., “ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Dailami dari Anas r.a.). Sesudah itu, segeralah berhias secantik mungkin hanya untuk suami Anda seorang. Kalau perlu Anda bisa memakai ghumrah untuk mengharumkan pipi sekaligus menjadikannya bersemu merah. Anda juga bisa memakai pengharum kening dan nashiyah (ubun-ubun) sekaligus menjadi-annya tampak menarik. Pakailah gaun yang paling menyenangkan suami. Sebagian suami akan merasa begitu bahagia ketika melihat istrinya menggunakan gaun tertentu. Ia begitu terkesan olehnya.  Berhiaslah secantik mungkin. Tetapi jangan terlalu lama mematut di depan cermin, sehingga menjadikan suami Anda kesal menunggu. Apalagi ia pulang mendadak untuk menemui Anda karena desakan untuk menjaga kehormatan seks dan kesetiaan cintanya! O ya, jangan lupa wewangian yang menghangatkan semangat. Berilah wewangian pada daerah-daerah lipatan, yaitu lipatan telinga, lipatan jari-jemari, ma'athif (antara leher dan geraham), ketiak, lipatan payudara serta kemaluan (kalau sempat). Atau, Anda juga bisa memberi wewangian pada tempat-tempat yang Anda harapkan suami bersemangat mengecupnya. Sebagian istri, sangat menikmati usapan dan kecupan pada tempat-tempat tertentu dibanding bagian lain tubuhnya. Jika Anda masih menyimpan wewangian yang Anda pakai pada malam pertama, Anda bisa memakainya sekarang sehingga perasaannya semakin terbangkitkan dan mengingatkan pada keagungan jima’ di malam pertama. Jadikanlah saat ini seperti malam pertama atau lebih indah lagi. Semoga Allah memberikan kenikmatan yang paling besar barakahnya pada jima’ yang Anda lakukan saat ini. Semoga Allah semakin menguatkan jalinan perasaan (‘athifah) antara Anda dan suami Anda sehingga mencapai ulfah (keharmonisan). Dan semoga, kelak Anda berdua memperoleh keutamaan di akhirat disebabkan oleh besarnya keinginan Anda untuk membantu suami melaksanakan perintah Rasulullah Muhammad al-ma’shum, yaitu segera pulang dan mengajak istri berjima’ ketika hatinya tergoda di tengah perjalanan. Mudah-mudahan dari sini Allah memberikan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah (ya Allah, karuniakanlah kepada kami keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah). Sebagai penutup sub judul ini cukuplah saya tandaskan, jadikanlah diri Anda sebagai istri yang paling pandai membangkitkan syahwat suami ketika ia harus pulang mendadak menemui Anda.

Ketika Berangkat Ke Pembaringan
Umamah binti Al-Harits pernah berwasiat kepada putrinya ketika menikah dengan Raja Kendah. Ada sepuluh nasehat yang diberikan. Salah satunya adalah nasehat untuk memeriksa urusan makan dan tidur suami. Karena, kata Umamah, sesungguhnya panasnya lapar begitu membakar, dan kurangnya tidur memicu kemarahan. Saya tidak tertarik untuk membahas bagaimana kurangnya tidur dapat menyebabkan seseorang mudah tersulut kemarahannya (padahal ketika marah, pikiran orang jarang yang jernih). Saya lebih tertarik untuk mengajak Anda mengetahui bagaimana berhias akan menjadikan suami Anda merasa lebih sejuk dan teduh ketika berdekatan dengan Anda di pembaringan. Sedang Anda pun insya-Allah akan merasakan ketenteraman berada dalam satu selimut dengannya. Banyak suami maupun istri yang senang untuk berintim-intim ketika berangkat tidur, meskipun tidak melakukan jima’. Mereka bercakap-cakap ringan menjalin keakraban sebelum menutup mata dengan do’a. Sebagian senang membicarakan masalah-masalah ringan dalam keluarga, tentang harapannya terhadap anak misalnya. Sebagian suka apabila suami atau istri mengajak berbicara tentang diri mereka, sehingga mereka merasa memperoleh perhatian dari orang yang dicintai dan mencintainya. Sebagian suami (juga istri) berkeinginan untuk saling berintim-intim ketika berangkat ke pembaringan. Sebagian berkeinginan untuk menjalin keakraban dengan kedekatan fisik: berpegangan tangan, mengusap rambut istri, mengecup kening atau sekedar mengusap-usap pergelangan tangan. Kadang ini dilanjutkan dengan bercumbu dan jima’. Tetapi kadang mereka menutupnya dengan tidur lelap yang nikmat. Di antara para suami, ada juga yang berkeinginan agar istrinya menggunakan pakaian-pakaian yang menarik dan seksi ketika beristirahat di tempat tidur. Ia senang kalau istrinya mau memakai pakaian dalam saja1 dan bertingkah laku manja saat berdekatan di pembaringan, meskipun ia ketat terhadap hijab istri saat di luar. Dan ini merupakan perkara yang boleh saja dilakukan. Wallahu A’lam bishawab.Allah Swt. telah mengisyaratkan tentang waktu-waktu aurat, waktu ketika Anda bisa menanggalkan pakaian luar. Apalagi buat suami Anda. Firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak yang kamu miliki dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu meminta izin kepadamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah shalat isya’. Itulah tiga aurat bagi kamu.” (QS. An-Nuur: 58). Begitu pentingnya berhias saat berangkat ke pembaringan bersama suami, sampai-sampai Syaikh Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Bantani menulis dalam bukunya, Uquudullujain, “Seorang istri wajib memiliki rasa malu (membiasakan) di hadapan suaminya dan menyedikitkan pertengkaran dengannya. Wajib merendahkan pandangannya di hadapan suaminya, menaati perintahnya, tidak berbicara ketika suaminya sedang berbicara dan wajib berdiri (menyambut) ketika suaminya datang dari perjalanan atau dari mana saja. Demikian pula ketika suaminya berangkat dari rumah, memperlihatkan rasa cinta ketika dekat suami dan memperlihatkannkegembiraan ketika melihat suami. Wajib menyerahkan dirinya kepada suami ketika hendak tidur dan memakai wewangian hanya untuk suami, harus memakai wangi- wangian pada mulutnya dengan misik atau lainnya yang wangi. Mengenakan pakaian yang bersih dan rapi, dan selalu mengenakan perhiasan di hadapan suami serta tidak memakai wewangian ketika suami tidak ada.” Tentu saja berhias ketika berangkat ke pembaringan berbeda dengan berhias di waktu-waktu lain. Anda tak perlu memakai ghumrah atau lipstik, apalagi kalau Anda biasa tidur dengan lampu dimatikan. Cukuplah wewangian dan kebersihan tubuh. Kecuali jika Anda akan melakukan jima’. Atau, barangkali suami Anda sedang manja saat itu. Selama berada di tempat tidur, keinginan untuk berintim-intim dan mendapat perhatian bisa jadi bukan dari suami. Seorang istri boleh saja meminta perhatian dan kehangatan belaian suami. Jika suami kurang bisa menangkap isyarat keinginan Anda untuk memperoleh perhatiannya, bantulah ia untuk memahami keinginan Anda dengan menyampaikan maksud Anda secara lisan. Katakanlah, “Mas, aku kangen sekali padamu.” (padahal Anda bertemu setiap hari). Atau katakan secara lebih jelas jika ia belum menangkap maksud Anda. Bagaimana mengungkapkannya? Saya kira Anda lebih mengenal suami Anda dibanding saya. Dalam masalah ini, Ruqayyah Waris Maqsood mengingatkan kepada para suami. Kata Ruqayyah, “Jika seorang laki-laki bersikeras menolak untuk mengabulkan permohonan istrinya untuk diberi perhatian, ia harus menyadari bahwa nantinya di hari pengadilan ia akan mendapatkan pertanyaan yang sulit dijawab. Buku catatannya akan dibuka untuk mengungkapkan segala perbuatannya, betapapun memalukannya itu! Mungkin ia telah merasa sebagai Muslim yang terbaik, tanpa menyadari kebenaran nasehat dari ajaran Rasulullah Saw.: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya.” Bayangkanlah kekagetannya pada akhir kehidupan agama dengan shalat dan perbuatan baik, ketika mendapati bahwa sebenarnya Anda telah bersalah dengan bersikap kejam terhadap istri di tahun-tahun itu, dan kini dipanggil untuk mempertanggungjawabkannya!”
Rasulullah Saw. bersabda: “Ada dua dosa yang akan disegerakan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu al- baghyu dan durhaka kepada orangtua.” (HR Turmudzi, Bukhari dan Thabrani). Al-baghyu, kata K.H. Jalaluddin Rakhmat, adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat zalim dan menganiaya orang lain. Dan al-baghyu yang paling dimurkai Allah ialah berbuat zalim terhadap istri sendiri. Termasuk al-baghyu ialah menelantarkan istri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikannya dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama Anda. Karena itulah, kata Kang Jalal, Rasulullah Saw. mengukur tinggi-rendahnya martabat seorang laki-laki dari cara ia bergaul dengan istrinya. Nabi Saw. bersabda: “Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.” Karena itu, wahai istriku, ingatkanlah aku jika aku ternyata telah menyakiti hatimu atau merampas kehangatan cinta yang menjadi hakmu dariku, sementara aku tidak menyadari. Maafkanlah suamimu karena tidak peka terhadap kerinduanmu untuk memperoleh kehangatan dan perhatian. Sampaikanlah apa yang menjadi kerinduan dan keinginanmu agar suamimu dapat menunjukkan perhatian yang menyejukkanmu. Yang demikian ini juga agar tidak ada fitnah yang bisa mendekat kepadamu maupun kepadaku. Insya-Allah.
Bicaralah, Sayang, agar aku mengerti.
‘Alaa kulli hal, kepada sidang pembaca silakan memeriksa kembali tulisan ini. Apa-apa yang salah, itu semata karena kesalahan dan kekurangan saya. Ingatkan dengan cara yang ma’ruf agar saya lebih terbuka dan dapat menerima. Adapun kalau ada yang benar, itu semata karena hidayah Allah 'Azza wa Jalla. Mudah-mudahan kita bisa menerapkan semampu kita. Ya Allah, tolonglah kami. Berikanlah barakah atas kami dan bagi kami. Allahumma amin.
Catatan Kaki:
1. Ada dua pengertian tentang pakaian dalam. Pertama, secara umum masyarakat mengartikan pakaian dalam adalah sejenis celana dalam, BH, kaos dalam dan rok dalam. Kedua, pakaian dalam berarti pakaian yang dipakai setelah pakaian dalam menurut pengertian umum sebelum jubah dan jilbab. Pakaian dalam pada tulisan ini mencakup kedua pengertian tersebut.







 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes