Repair Win 7 Kado Pernikahan Tabahkan aku Kabhialvida na kehna Kepiting Pedas Anxietas Dawai Asmara XP Repair SFilm Veer Zaara

Jumat, 09 Maret 2012

Janda Muda

Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat kos-kosan di Surabaya. Pada saat itu, pencarian tempat kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost-kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Varia. Usia Varia saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu.
Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Varia sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya.
Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Varia. Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokanku. Aku semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku.
“Awas kau.. entar kuperkosa baru tahu..” gertaknya.
“Coba kalau berani..” tantangku penuh harap.
Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki. Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu.
Aku meraih tangannya, Varia tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif. Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya.
“Oh.. ennaakk.. terussh..” desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku.
“Uf.. Sshh.. Auhh.. Nikmmaat..” Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya.
Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya.
“Oh.. aduhh..” teriakku kenikmatan.
Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku.
“Oh.. tahann.. sshh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..”
Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Varia berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa.
Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Varia tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya.
Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali. Kemudian, tanpa kuminta, Varia melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak.
“Ohh.. Teruss Ted.. Teruss..” desahnya.
Kuhisap-hisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya. Tanganku mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumput-hitam yang tidak begitu tebal.
Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya.
“Oh.. teruss.. Ted.. Aduhh.. Nikmat..”
Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra.
“Ted.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.”
Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi.
“Srucuup-srucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..” teriakannya semakin merintih.
Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.
“Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.”
Ternyata Varia mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya. Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat.
Varia masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless..
“Oh.. enakk..”
Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Varia.
“Oh.. Variaa.. sayang.. enakk.”
Batang kontolku sepeti dipilin-pilin. Varia yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.
“Oh.. Ted.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..”
Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Varia.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah.
“Kamu di bawah ya, sayang..” bisiknya penuh nikmat.
Aku hanya pasra. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya. Varia dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya.
“Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..” erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.
“Oh.. Varia.. terus goyang sayang..” teriakku memancing nafsunya.
Benar saja. Kira-kira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam.
“Tedii.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..”
Ternyata Varia telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma.
Kemudian aku membalikkan tubuh Varia, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutar-mutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut.
“Oh.. Varia.. Nikmatnya.. Aku keluuarr..”
Crott.. Crott.. Tttcrott.
Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Varia.
“Oh.. Ted.. kau begitu perkasa.”
Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Varia memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas kontolku.
Kemudian, tanpa kukomando, Varia berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Varia terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli.
“Ohh.. Varia.. Geli..” desahku lirih.
Namun Varia tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina varia membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku. Aku menempelkan bibirku dikelentit itu.
“Oh.. Ted.. nikmat.. ya.. Oh..” desisnya.
Varia menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan.
“Oh.. Terus.. Sss.” desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.
Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya.
“Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh” aku menyedot kuat lobang vaginanya.
“Ted.. Akukk ohh.. Keluuaarra.. Ssshhss..”
Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Varia merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya.
Varia terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocok-ngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara.
“Oh.. Varia.. Teruss.. Teruss..” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Varia terus mempercepat gerakan kepalanya.
“Au.. Varia.. Aku.. Keluuarr.. Oh..”
Croott.. Croott.. Croot..
Maniku tumpah ke dalam mulutnya. Sementara varia seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar.
“Terimakasih sayang..” ucapku..
Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku.
“Ted.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.” Aku hanya terdiam.
Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Varia mengulum penisku. Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemut-emutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas.
Tamat

Majikan Bercinta dengan supir pribadinya

Pak warso adalah sopir bribadiku yang sudah lama kerja di rumahku mungkin sudah banyak tahu keluarga kami,seluk beluk dan suka duka menjadi penuntun waktu kami pergi saat berkendara mobil pribadi harus on time dan gini-gini tapi dia adalah orang baik hati sampai kapanpun dia suka,kelurga sudah mengijinkan untuk bekerja di rumah kami selama ia masih butuh pekerjaan itu. Sore itu pak Warso mengantarku ke kantor notaris, karena ada urusan yang harus aku selesai kan. Aku duduk di jok belakang, tiba2 saja aku mengamati pak warso yang selama ini menjadi sopir keluargaku.”hhmmmm…ternyata dia boleh juga, badan dia kekar dan berotot, palagi itu nya yah…pasti nyummi” pikiran pikiran kotor mulai mempermainkan otakku.
“pak Warso…dah berapa lama sih menikah kok belum punya anak” pancingku
” 16 tahun Bu” jawab nya singkat
” kok lom punya anak…pasti Pak Warso kurang genjotan nya” kataku mulai menjurus
” siapa bilang bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis nangis” jawab nya
Aku dan pak warso memang dari dulu suka bicara blak blakan tapi baru kali ini menjurus ke sola ranjang.
” aahh…G percaya aku pak” jawabku
“apa ibu mau saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.
pikiranku semkain tidak menentu membayangkan tangan tangan Pak warso menyusuri tiap inchi kulit tubuhku.
”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’ jawab ku sedikit menantang.
”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.
Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih saja memikirkan kata kata pak Warso
ingin rasanya menikmatin benjolan di balik seleting celana itu.
“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang sebenar nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.
” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BERANI SAMA AKU….KALO MEMANG JANTAN BUKTIKAN”
tulisku di kertas itu.
Aku menuju meja makan setelah memberikan note kecil pada pak warso, aku duduk di meja makan, yang arah nya membelakangi ruang tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal denganku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku, meremas nya dengan gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.
” aaahhhh…kamu mau aku entot dimana…katakan…hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas remas payudaraku yang montok .
” ssshhhh…..aaahhhh pak…terusin pak….nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika tangan pak warso turun keselakanganku. aku semain gila menerima rangsangan itu.
“ooohhhh….hhhhmmmm….terusin pak….ayo pak terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia mengendor bersamaan lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan menutup pintu.
Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa apa ke pak warso , aku masih marah akibat semalem. dalam perjalanan ke kantor ku aku hanya membisu.
” maafin aku bu, habis situasi nya seperti itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.
” sudah lah pak, kalo memang nggak bisa muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus
Tapi tiba tiba laju mobil memutar ke arah menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.
” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ” protesku.
Mobil terus melaju cepat menuju arah utara mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak warso membelok kan mobil menuju sebuah Hotel. dalam hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak warso membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yang indah dengan harga yang tak seberapa mahal.
Pak warso membuka pintu mobil, aku pura pura diam tak menghiraukan dia. Lalu pak warso menarik tanganku masuk ke kamar hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak warso telah memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.
” aaahhh…pak….ooohhhh…” desah ku sambil membalas kecupan kecupan nya, lidah pakwarso bermain main di rongga mulutku.
” sekarang kau boleh minta apapun yang kamu mau, aaaaahhh…aku sudah lama ingin mencumbu mu” kata pak warso di sela sela ciuman nya.
Tangan pak warso dengan kasar meremas kedua bukit kembarku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk bagai kan penari yang gemulai.
Tangan pak warso mulai turun menyusuri perut ku …meraba pantat ku yang padat berisi.
” Bu….aaaahhh…aku sudah lama menanti saat saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak warso sambil terus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan kanan pak warso mulai menyelinap di balik rok spanku.
“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku hari ini” ceracauku
” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata kata yang tak terkontrol keluar begitu saja.
Pak warso membuka satu persatu kemeja kerja ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke dinding.
masih dengan beringas nya pak warso menciumi, menciumi payudaraku, yang masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.
” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakwarso, sambil tangan nya membuka pengait braku, seketika itu payudaraku yang montok menjadi sasaran lidah pak warso.
“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit puting nya pak” cercau ku
” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu”
” ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yang montok ini”
“aahhhkk….oooohhhh….” aku memekik ketika pak warso tiba tiba saja menyentuh bagian yang paling sensitif itu.
Tangan pak warso mengelus elus memekku yang sudah basah.
” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak ..ayo pak..” aku memohon padanya
Pak warso jongkok di depanku, menarik pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak warso menjilati memekku dengan rakus nya.
” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus pak…terus pak masukin lidah nya yang dalam pak”
” hhmmm….enak nya memek mu Bu…ahhh…ini itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak warso.
” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”
” ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…” dengan menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kuat kuat kepala pak warso, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yang teramat berat dari dalam rahimku.
aku mencapai orgasme yang pertama, kaki ku masih gemetar, pak warso tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang. Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.
Pak warso kembali menciumiku, melumat bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman pak warso dan tanganku mengelus pundak pak warso.
ciumanku merambat ketelinga pak warso, kusapu habis telinga pak warso dengan lidah ku, kemudian ciumanku turun ke leher pak warso. Pak warso mendesah.
” aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kau puas” ceracau nya
tangan pak warso mempermainkan payudaraku, meremas dan memilin putingnya yang mulai mengeras.
Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak warso, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang pak warso. terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkok di depan pak warso, perlahan ku turun kan celana dalam itu dan….wow besar nya, gumam ku.aku mengulum batang pak warso yang keras bak gada besi.
” ooohhhh….terus isep sayang…yah …yah…ohhh…aaahhhh ” pak warso mengerang
” aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontol ku…aaahhhh ”
aku mengulum terus memain kan lidah ku di ujung nya yang merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yang imut itu.
” eeemmmm….pak …aaahhh kontol bapak nyumi sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak warso dengan bibirku, ku isep dan ku mainkan buah pelir yang menggelantung itu.
” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.
Pak warso menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.
Pak warso menarik ke duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.
” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.
pak warso membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.
” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol besar tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar menjauh.
pak warso lalu jongkok di depan vaginaku, dan menyapu bibir vagina itu dengan lidah nya.
” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin pak…”
” aku masukin lagi ya sayang” kata pak warso
aku tidak menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke memekku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan itu.
” aaaahhhhkkkk….pelan pelan pak…ouch…sakit pak…sakit…” rintihku
pakwarso dengan perlahan dan pasti menusukkan kontol besar itu ke memekku.
” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh ”
Kontol itu masuk keseluruhan pak warso diam sejenak , menunggu agar memek basahku bisa menerima kontol yang besar itu.
” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin yang dalam pak terus…ooohhh”
” sayang memek kamu nikmat sekali….memek kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak warso
” ooohhh pak terusin pak…kontol bapak besar dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan kontol pak warso.
pak warso menarik kontol nya dan memintaku turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak warso membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan pantatku. lidah pak warso menyapu anusku.
” aahhkkk…pak…ooohhh….terus kan pak…iyah…jilati pak..ayo jilati terus anusku pak”
” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus kamu yang indah ini” kata pak warso
Kemudian pak warso berdiri dan mulai menusuk nusuk kan kontol nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol pak warso.
‘ ayo pak…yang keras pak..yang keras…ooohhh …aaahhh”
” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak cepetan pak…yang kenceng pak terus pak sodok memek aku pak…entot yang kuat pak …ayo pak.” ceracau ku
” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”
” pak…oooohhhh….aaahhhh aku kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dengan hentakan keras ke belakangdan pak warso dengan hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan kontol itu menembus anusku.
” aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak warso yang di iringi semburan hanggat di vaginaku.
kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa sisa kenikmatan sorga dunia itu.
Itu tadi cerita seks antara majikan dan sopir pribadinya. gimana seru bukan ? simak aja terus cerita-cerita seks yang lainnya hanya disini. OK

Kado Pernikahan Bab 11




Tinggal di Mana Setelah Menikah?
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu...” (Al-Qur’an 65: 6)

etelah  menikah,  suami  mempunyai  kewajiban  untuk  menyediakan tempat  tinggal  bagi  istri  sesuai  dengan  kemampuannya. Para  Imam Mazhab1   sepakat,  dengan  beberapa  perbedaan  kecil,  bahwa  seorang suami wajib menempatkan istri di tempat tinggal yang layak. Sehingga
istri    terjaga    kehormatannya    dan    merasakan    kedamaian    dalam    kehidupan berumahtangga bersama suami.

Kalau suami mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat tinggal yang memberikan kedamaian, rasa aman dan privacy2 bagi istri, maka secara seimbang istri mempunyai kewajiban untuk tinggal di tempat yang telah disediakan oleh suaminya. Kewajiban untuk tinggal di rumah suami, betapa pun sederhananya tempat tinggal itu, merupakan ketetapan syari’at. Syari’at menjadikan kewajiban sang istri itu sebagai salah satu hak laki-laki yang menjadi suaminya. Suami berhak menuntut istrinya agar tinggal di rumah dan tidak meninggalkannya, kata Dr. Musa Kamil menjelaskan.

Sekarang, ketika Anda telah mengikat perjanjian berat (mitsaqan ghalizha) bersama istri, pikirkanlah di mana Anda tinggal. Kalau sekarang Anda dihadapkan pada beberapa kemungkinan tempat tinggal, Anda bisa mempertimbangkan maslahat dan madharat pada masing-masing tempat dengan tetap mengingat bahwa menyediakan tempat tinggal bagi istri merupakan kewajiban Anda.

Masalah ini juga bisa Anda musyawarahkan dengan istri, wanita yang insya- Allah telah mengikhlaskan kesetiaan dan kasih-sayangnya untuk mendampingi Anda sepanjang hidupnya. Apakah sebaiknya Anda tinggal di rumah kontrakan sederhana, kredit rumah KPR/BTN, membangun sendiri rumah tinggal secara berangsur-angsur, atau memenuhi permintaan mertua untuk tinggal bersama mereka?

TINGGAL DI RUMAH SENDIRI

Ada kelebihannya tinggal di rumah sendiri, baik kontrakan maupun hak milik, bagi mereka yang baru saja membangun rumah-tangga. Dengan tempat tinggal yang terpisah sehingga kita bisa mengatur sendiri roda rumah-tangga, kita bisa belajar secara  lebih  leluasa  untuk  saling  mengenal,  memahami  secara  lebih  baik  dan sekaligus membina kepekaan. Ketika suami-istri merasakan peluh perjuangan dalam meletakkan fondasi keluarga, insya-Allah akan dapat mengokohkan arah dan misi perkawinan. Perkawinan melahirkan kekuatan jiwa pada masing-masing anggotanya, kecuali jika masing-masing tidak memiliki kedewasaan yang cukup. Darinya lahir orang-orang yang  memiliki  kejelasan  arah  dan  keberanian berjuang.  Inilah  yang dibutuhkan untuk masa depan masyarakat yang lebih mulia.
Sepanjang sejarah, orang-orang besar yang membawa kemuliaan bagi umat manusia lahir dari keluarga yang memiliki kekuatan jiwa. Jiwalah yang menyimpan kekuatan dan kekayaan. Jiwa yang besar dan kokoh mampu mencairkan gunung- gunung batu yang keras. Tetapi, jiwa yang kerdil justru menyembunyikan kelemahan di  balik  apa-apa yang  tampak sebagai kekuatan. Lihatlah Baghdad setelah masa Nizamul Mulk lewat. Bangsa yang besar dengan sejumlah kemajuan peradaban itu, segera jatuh dan habis oleh serangan Tartar yang waktu itu masih belum berbudaya.
Dan dengan tempat tinggal yang terpisah dari orang lain, insya-Allah kita bisa lebih menghayati bagaimana membangun kekuatan jiwa untuk membentuk orientasi yang kokoh. Dalam rumah sederhana yang kita atur sendiri kita mempunyai kesempatan  untuk  menguati  dan  melengkapi.  Melengkapi  secara  fisik  dengan perabot-perabot rumah-tangga yang diperlukan, maupun melengkapi secara psikis dengan hati yang menerima, jiwa yang rela dan kesediaan untuk berjuang bersama- sama.
Jika kita mau menengok sejenak ke masa Rasulullah Saw dan para sahabat, kita melihat bahwa keluarga-keluarga yang baru saja terbentuk memulai kehidupan berumah-tangga  dalam      rumah   yang   terpisah  dari   orangtua.  Fathimah  putri Rasulullah, tinggal di rumah sederhana bersama suaminya Ali bin Abi Thalib dengan perabot rumah tangga yang dibeli dari sebagian mahar. Padahal mahar yang diterima Fathimah dari Ali bin Abi Thalib tidak terlalu besar untuk ukuran waktu itu maupun untuk ukuran waktu sekarang. Barangkali keseluruhan yang dikeluarkan untuk ke- pentingan tersebut tidak lebih besar dibanding sebuah prosesi perkawinan yang sangat sederhana di negeri kita yang jarang lahir orang besar ini. Wallahu A’lam bishawab.

Ketika menikah, Ali tidak memiliki sebuah rumah yang akan ditempati untuk hidup  berumah-tangga.  Fathimah  meminta  sebuah  rumah  pada  ayahnya,  kata
‘Abdurrahman Asy-Syarqawi dalam buku Muhammad Sang Pembebas. Tapi ayahnya menolak keras permintaannya. Lalu datanglah seorang laki-laki kaya dari kalangan Anshor yang bermaksud untuk memberikan sebuah rumah yang mungil di antara
rumah yang dimilikinya pada kedua suami-istri yang masih muda belia. Ali dan
Fathimah tidak mau menerima pemberian laki-laki tersebut. Akan tapi laki-laki itu bersumpah tak akan memasuki rumah itu selama-lamanya. Laki-laki itu tetap bersikap keras untuk memberikan rumahnya, hingga akhirnya Muhammad Saw. membolehkan mereka berdua menerima pemberian itu dengan cara jual-beli. Tidak dengan cara hibah.
Begitu Fathimah putri Rasulullah dan Sayyidina Ali membangun rumah- tangganya. Bagaimana dengan pengantin baru lainnya? Mari kita tengok Asma’ binti Abu Bakar yang baru saja menikah dengan Az-Zubair. Ayahnya adalah seorang pedagang kaya yang sukses (kelak kita mengenalnya sebagai khalifah Rasulullah yang pertama). Ketika mengungsi ke Yatsrib, Abu Bakar membawa kekayaan yang bernilai empat puluh ribu dirham Makkah, ukuran yang sangat besar waktu itu. Abu Bakar memang sangat kaya waktu itu. Tetapi bagaimana dengan keluarga Asma’ binti Abu Bakar dengan Az-Zubair?
Mari kita dengar penuturan Asma’ binti Abu Bakar:
“Az-Zubair mengawiniku,” kata Asma’, “Di bumi ini dia tidak memiliki harta atau hamba atau apapun kecuali unta dan kudanya. Akulah yang memberi makan kudanya, menimba air, menjahit timba airnya (yang terbuat dari kulit) serta membuat adonan.... Aku juga biasa mengangkut biji kurma dari tanah Az-Zubair yang diserahkan kepadanya oleh Rasulullah Saw. di atas kepalaku. Tanah itu jauhnya kira- kira dua pertiga farsakh (2 mil)... hingga Abu Bakar mengirimkan seorang pelayan kepadaku setelah itu untuk menggantikanku mengurusi kuda. Dengan demikian se- olah-olah dia memerdekakanku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu manfaat tinggal di rumah sendiri, baik kontrakan maupun hak milik, adalah istri bisa berusaha melepaskan ikatan-ikatan keluarganya3 untuk memulai satu warna kehidupan rumah-tangga yang baru bersama suaminya. Ia belajar mengatur rumah-tangga sekaligus menyelami pikiran, semangat, dan perasaan suaminya. Sehingga ia bisa betul-betul mengenal suaminya dengan baik. Ini sangat penting bagi kelangsungan kehidupan rumah-tangga yang sejuk dan penuh kasih-sayang sesuai dengan keunikan pribadi masing-masing, sejauh tidak melanggar batas-batas agama.
Kondisi   ini   merupakan   fondasi   untuk   mendidik   anak   setelah   mereka mendapatkan amanah tersebut dari Allah Swt. Cita-cita melahirkan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah sulit untuk tercapai jika kedua orangtua anak itu belum memiliki bekal jiwa yang mantap dan kokoh. Bagaimana  orangtua  harus  memberikan  pendidikan  yang  akan  menumbuhkan syaja’ah (keberanian), iffah (kemampuan menahan diri), dan izzah (harga diri) jika

orang  tuanya  masih  berkubang  dengan  kurangnya  kehangatan  dalam  hubungan suami-istri?
Wallahu A’lam bishawab wastaghfirullahal ‘azhim.
Dalam rumah-tangga kita menginginkan kedamaian. Kita mengharapkan suasana keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, sehingga masing- masing anggota keluarga merasakan rumah mereka sebagai tempat peristirahatan yang memberikan keteduhan jiwa,  kelapangan  dan  kedamaian.  Tetapi  adalanya  keluarga  yang  baru  belajar berumah-tangga harus mengalami benturan-benturan sampai menyebabkan mereka saling mendiamkan.

Situasi semacam ini tidak perlu terjadi. Tetapi adakalanya, situasi konflik yang lahir karena masing-masing masih kurang mampu menyesuaikan diri, “menuntut” sikap khusus yang tidak memungkinkan ketika mereka tinggal dalam satu rumah dengan orangtua atau mertua. Alhasil, mereka harus tampil dengan topeng manis di depan anggota keluarga lainnya tanpa ada pengendapan masalah secara jernih. Akibatnya,  mereka  mengalami  konflik-konflik  tersembunyi.  Na’udzubillahi  min dzalik. Allahu A’lam bishawab.
Saya kira cukup sampai di sini pembicaraan kita tentang manfaat tinggal di rumah  sendiri.  Masih  ada  manfaat  lain,  yaitu  suami-istri  bisa  belajar  bertaba’ul dengan lebih baik serta lebih memungkinkan terbentuk kedekatan yang lebih erat antara suami dan istri. Tetapi saya kira lebih baik kita membicarakan beberapa hal yang perlu kita perhatikan kalau kita akhirnya memutuskan untuk mengontrak rumah. Adapun bagi Anda yang telah memiliki rumah hak milik, bisa langsung menyimak bab berikutnya Saat Tepat untuk Berhias. Atau, Anda bisa mempertimbangkan untuk tinggal bersama orangtua. Tentang ini insya-Allah akan kita bicarakan di bagian akhir bab ini.

Catatan Ketika Mengontrak Rumah

Sewa-menyewa   rumah   termasuk   salah   satu   kegiatan   muamalah   yang memerlukan perjanjian tertulis. Dalam hukum positif, akta sewa sangat penting untuk memberi jaminan hukum terhadap transaksi yang terjadi antara penyewa dengan pihak  yang  menyewakan  sehingga  tidak  ada  pihak  yang  dirugikan.  Baik  secara perdata maupun pidana.
Persoalan ini penting untuk Anda perhatikan, terutama ketika perjanjian sewa berlaku  untuk  jangka  waktu  beberapa  tahun  dimana  selama  masa  itu  banyak perubahan dan  kemajuan  yang  mungkin  terjadi.  Anda  perlu  membuat  perjanjian tertulis yang memiliki kedudukan di hadapan hukum, sehingga Anda maupun pihak yang menyewakan dituntut untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku antar kedua pihak. Pelanggaran atas ketentuan yang disepakati bersama dapat berimplikasi hukum.  Sebaliknya,  Anda  juga  akan  memperoleh jaminan  hukum  karena  segala
 
Bentuk  tindakan  pemilik  rumah  yang  menciderai  kesepakatan  bersama  dapat mendatangkan sanksi hukum.
Keluarga  muda  kadang  harus  menghadapi  berbagai  masalah  karena ketidaksiapan ketika pemilik rumah secara sepihak menciderai perjanjian, sementara penyewa tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada akta perjanjian yang memiliki kekuatan hukum. Mereka harus panik ketika pemilik rumah mengambil tindakan sepihak, misalnya dengan menaikkan harga secara tiba-tiba dan harus dipenuhi dalam tempo yang singkat semata sebagai strategi untuk mengeruk keuntungan secara sewenang-wenang. Mereka harus kalut karena tidak siap dalam banyak hal. Ketidaksiapan psikis untuk pindah, ketidaksiapan finansial untuk membayar atau mencari kontrakan baru, ketidaksiapan sosial untuk secara tiba-tiba menghadapi masyarakat yang berbeda, ketidaksiapan dalam masalah pendidikan anak-anak yang juga berarti proses adaptasi ulang yang mendadak serta ketidaksiapan lainnya yang riskan. Cukup mahal yang harus dibayar atas berbagai ketidaksiapan, terutama yang harus  dibayar  oleh  anak  bagi  perkembangan dan  pertumbuhannya di  masa-masa berikutnya. Kepribadian anak bisa menjadi fragile (seperti barang yang mudah pecah) jika peristiwa semacam ini sering terjadi. Kecuali jika Anda mampu menjadi ibu seperti Khadijah istri Rasulullah.
Keadaan semacam ini  tidak  hanya bisa  membahayakan kondisi psikis anak. Orangtua pun bisa mengalami masalah berkenaan dengan interaksi sosial maupun interaksi antar anggota keluarga. Keadaan tempat tinggal yang tidak stabil dan selalu dihadapkan pada sejumlah kecemasan untuk melakukan penyesuaian diri kembali secara total akibat tindakan sepihak, dapat mengubah orientasi keluarga. Sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang sulit berempati kepada orang lain, sekaligus mengembangkan sikap-sikap  egois.  Mereka  juga  bisa  mengembangkan orientasi- orientasi materialis atau bahkan ketidakpercayaan pada akhlak-akhlak suci. Ini merupakan  predisposisi  untuk  tumbuhnya  ideologi-ideologi  yang  bertentangan dengan watak suci aqidah Islam.
Ideologi ini bisa jadi tumbuh sebagai sikap hidup sehari-hari sekalipun mereka tetap merasa Islam sebagai pandang-an dunianya yang otentik. Bisa jadi secara sadar mereka mengalami perubahan pandangan. Yang pertama sebagai pandangan dunia aktual saja, sedang yang kedua menjadi pandangan dunia aktual sekaligus tekstual.4
Karena itu,  Anda  perlu  memperhatikan betul  masalah-masalah penting yang berkenaan dengan sewa-menyewa rumah, baik berkenaan dengan aspek hukum maupun as-pek psikis dan pendidikan. Perjanjian sewa-menyewa secara tertulis yang memiliki  kekuatan  hukum  perlu  Anda  perhatikan  sekalipun  Anda  melakukan transaksi (muamalah) dengan sesama muslim. Apalagi jika Anda berniat melakukan sewa selama beberapa tahun sementara bea sewa tidak dapat Anda penuhi sekaligus dalam satu kali pembayaran.
Masalah Anak Ketika Pindah

Keluarga-keluarga muda  di  masa  sekarang  semakin  banyak  yang  tinggal  di rumah-rumah kontrakan sampai mereka mempunyai beberapa anak. Bahkan adakalanya mereka masih tinggal di rumah kontrakan ketika anak-anak mereka sudah memasuki usia sekolah dasar maupun menengah pertama. Tidak jarang mereka harus berpindah-pindah karena berbagai alasan, sejak dari pencideraan akad sewa-menyewa secara sepihak oleh pemilik rumah sampai dengan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan sering berpindah.
Setiap perpindahan ke tempat tinggal baru menuntut penyesuaian diri kembali secara drastis. Apalagi jika rumah baru yang akan ditempati berada di lokasi yang sama sekali asing. Tidak ada orang yang telah dikenal sebelumnya.
Keadaan ini dapat menimbulkan masalah, terutama bagi anak usia TK ataupun awal SD.  Karena itu,  orangtua perlu mempersiapkan mental anak jauh-jauh hari sebelum pindah. Kecuali jika Anda terpaksa pindah secara mendadak atau anak Anda masih bayi (kalau ini, ibunya yang perlu mempersiapkan diri).
Orangtua perlu memberitahukan rencana kepindahan kepada anak beberapa minggu sebelumnya. Syukur bisa satu atau dua bulan sebelumnya. Selama masa itu, orangtua bisa memberi gambaran tentang tempat tinggal yang baru dan apa saja yang bisa dilakukan di sana. Orangtua juga bisa menceritakan mengenai berbagai hal yang “dapat” menjadi nilai lebih dari tempat tinggal yang baru sehingga menggerakkan keinginan anak untuk pindah. Ini akan sangat membantu anak untuk mengurangi stress dan perasaan terasing karena berpisah dari kawan-kawan bermainnya setelah berpindah.
Keterlibatan orangtua untuk membantu anaknya melakukan penyesuaian diri sangat diperlukan. Di saat-saat anak masih terasa terasing, orangtua perlu menjadi kawan yang akrab dan hangat bagi anak-anaknya sehingga mereka tetap bisa berkembang secara baik. Jika Anda mampu menjadi sahabat yang baik bagi anak- anak Anda, bisa jadi saat-saat seperti ini merupakan kesempatan bagi Anda untuk bisa menyelami anak Anda secara lebih mendalam dan akrab. Sehingga Anda mengenal betul  anak  Anda,  dan  anak  merasa hormat sekaligus sayang  terhadap Anda.  Ini membantu Anda menjadi orangtua yang efektif.
Untuk menuju ke arah sana, orangtua dapat melibatkan anak-anak untuk pindah tempat tinggal sekaligus melakukan penyesuaian diri. Ini dilakukan sejak masa belum pindah, ketika sedang pindah, sampai dengan awal-awal menjalani kehidupan di tempat tinggal yang baru. Yang disebut terakhir ini misalnya menemani anak untuk memperoleh kesempatan bergaul dengan teman sebaya, tanpa menjadikan anak terhambat proses sosialisasinya. Maksudnya, keterlibatan orangtua jangan sampai menjadikan teman-teman anak tidak bisa berekspresi sebagai anak-anak karena rikuh terhadap Anda.
Contoh lain adalah berkenaan dengan proses penyesuaian diri dengan sekolah yang   baru.   Orangtua   bisa   membantu   anak   melakukan   sosialisasi   dengan mengantarkan anak ke sekolah. Membantu anak melakukan penyesuaian diri dan sosialisasi ini juga bisa Anda lakukan dengan menanyakan perkembangan anak di

sekolah yang baru maupun mengajak anak mengkomunikasikan pengalaman- pengalaman serta perasaannya dalam penyesuaian diri dan bergaul dengan teman barunya.Sekali waktu Anda juga bisa memaklumi kebutuhan anak untuk bertemu dengan teman-teman lamanya di tempat tinggal Anda yang dulu. Anda justru bisa mengajak anak silaturrahmi ke tetangga-tetangga lama jika memungkinkan.

TINGGAL BERSAMA ORANGTUA

Adakalanya keluarga muda memilih tinggal bersama orangtua, bukan di rumah kontrakan atau bahkan rumah sendiri. Sebagian memilih tinggal bersama mertua karena desakan orangtua atau sanak kerabat istri. Sebagian karena desakan ekonomi, sehingga lebih baik dana yang terbatas dialokasikan untuk kepentingan-kepentingan lain yang maslahat daripada membayar sewa rumah. Sebagian lagi karena dorongan untuk berbakti kepada orangtua. Ada juga yang ingin menyenangkan istri dengan berbagai alasan. Dan mungkin juga ada yang tinggal bersama mertua karena masalah ini  menjadi syarat nikah dari  istri  ketika suami mengajukan keinginannya untuk menikahi. Khusus yang terakhir ini, saya tidak membahas di bab ini. Silakan Anda melihat  kembali  pada  bab  "Dimanakah Wanita-wanita Barakah  Itu?"  di  jendela pertama buku kita ini.
Ada  kelebihannya  tinggal  bersama  mertua  atau  orang-tua5.  Mereka  telah memiliki pengalaman hidup  yang  banyak, sehingga insya-Allah telah  cukup  arif untuk memahami masalah-masalah suami-istri yang baru menikah. Mereka dapat memberi   bimbingan   kepada   anak   dan   menantunya,   sehingga   mereka   dapat membangun keluarga dengan kondisi yang lebih baik. Mereka juga bisa memberikan bantuan-bantuan kepada rumah tangga anaknya, tanpa menjadikan fondasi rumah tangga  anaknya  lemah.  Sebab  kebaikan  dapat  melemahkan  manusia.  Al-ihsanu yu’jizul insan.
Ada sebuah ungkapan yang dinisbahkan kepada Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib6. Katanya, “Ajaklah bermusyawarah orang yang sudah tua karena mereka telah banyak pengalaman. Dan mintailah pendapat yang masih muda karena mereka masih jernih.”
Dalam keadaan demikian, tinggal bersama orangtua atau mertua di masa awal- awal menikah bisa justru lebih dekat kepada kemaslahatan. Mereka dapat membimbing Anda bagaimana menjalankan kehidupan berumah tangga, tanpa mencampuri perkara-perkara yang mestinya memang diserahkan kepada Anda sendiri untuk menentukan. Mereka dapat mengarahkan bagaimana Anda harus menjadi suami dan istri Anda harus mendampingi Anda, tanpa menjadikan Anda berdua mengalami ketegangan dan konflik-konflik psikis.
Orangtua yang bagus agamanya, insya-Allah dapat bertindak demikian. Mereka tahu apa yang menjadi hak menantu atas mertua. Juga, mereka insya-Allah dapat memahami batas-batas kewajiban seorang menantu. Hak menantu atas mertua antara lain “pembelaan” ketika menghadapi konflik.
Sejauh  yang  saya  pahami,  Islam  menggariskan  bahwa  mertua  merupakan pembela bagi menantu ketika menengahi masalah. Mereka membela menantunya, bukan anaknya. Mereka merupakan sumber rasa aman bagi menantu sekaligus membantu dalam proses ishlah (perbaikan hubungan) ketika masalah yang ada pada mereka tidak dapat diselesaikan sendiri. Sekalipun demikian, tentu saja mereka tetap dituntut untuk adil terhadap anaknya sendiri maupun menantu.
Jadi, orangtua suami merupakan “pembela” sekaligus sumber rasa aman bagi istri. Sementara orangtua istri merupakan “pembela” bagi suami. Bukan sebaliknya, menjadi sumber ketegangan dan perasaan tertekan karena adanya berbagai tuntutan yang ditujukan kepada menantunya.
Ketegangan dan konflik psikis ini rentan muncul ketika orangtua atau saudara- saudara  perempuan  suami  sudah  memiliki  sikap  “seharusnya  seorang  istri  itu sikapnya begini atau begitu”. Ketika sikap semacam ini muncul, yang terjadi adalah pihak keluarga suami mengembangkan tuntutan-tuntutan psikis terhadap istri. Padahal ketika seseorang memiliki tuntutan psikis untuk memperoleh perlakuan dari orang lain, ia akan berkurang kepekaannya terhadap kebaikan yang ada.
Masalah ini riskan, terutama jika terdapat dua hal. Pertama, tidak terbangun komunikasi yang baik antara suami dan istri. Kurang bagusnya komunikasi bisa jadi karena mereka mengalami kekalutan emosi, sehingga cenderung melihat masalah dengan satu arah. Bisa jadi karena belum matangnya kedua pihak, terutama suami, sehingga menghasilkan komunikasi yang cenderung koersif (memaksa)7.
Kedua, orangtua memiliki prasangka yang kurang baik tentang iktikad menantunya, sehingga dapat menjadi self-fulfilling prophecy (nubuwwah yang dipenuhi sendiri). Ini bisa membawa ke persoalan psikis yang akumulatif. Orang tua tetap mengingat “kesalahan-kesalahan” menantunya yang terjadi di masa lalu.
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang demikian, khususnya dampak akumulatif. Salah satunya yang cukup rentan adalah kebiasaan untuk saling menceritakan kekecewaan dan secara bersama-sama mengembangkan sikap minor. Dalam keadaan demikian, masing-masing pihak tidak berusaha untuk memberikan interpretasi terbaik terhadap sikap atau perkataan pihak lain.
Tentang ini, Rasulullah Saw. mengingatkan, “Jika engkau mendengar sesuatu yang mungkin diucapkan oleh saudaramu, berikan interpretasi yang terbaik sampai engkau tidak dapat menemukan alasan untuk melakukannya.”
Ketika Imam Ahmad ibn Hanbal ditanya mengenai hadis ini, beliau berkata, “Carilah alasan untuknya dengan mengatakan mungkin dia berkata begini, atau mungkin maksudnya begini.”

Saya tidak berani meneruskan pembicaraan tentang masalah ini. Hanya kepada Allah kita berharap, mudah-mudahan Allah memperbaiki lisan kita dan menjaminkan bagi kita beserta keturunan kita keselamatan dunia akhirat. Allahumma amin.
Selain masalah komunikasi, terutama jika tidak ada budaya tabayyun (mengklarifikasi informasi), ada beberapa hal yang bisa menyebabkan munculnya konflik. Konflik ini mungkin bersifat internal, mungkin bersifat eksternal. Konflik internal lebih bersifat beban psikis. Mereka mengalami konflik batin, tetapi tidak sampai muncul ke permukaan sehingga tidak menimbulkan pertengkaran. Namun demikian masalah semacam ini dapat muncul dalam bentuk lain, misalnya sikap mereka atau salah satu di antara mereka terhadap orang lain. Bisa juga sikap mereka terhadap anak.
Sebagian sistem perkawinan juga potensial menimbulkan masalah. Hanya saja, pembicaraan tentang  masalah  ini  perlu  tempat  khusus  agar  cukup  leluasa  untuk mendalami. Saat ini cukuplah saya garis bawahi bahwa sejauh pemahaman saya, Islam menetapkan prinsip kesederhanaan dan kemudahan. Sederhana dalam proses, sederhana  dalam  pelaksanaan.  Mudah  dalam  proses,  mudah  dalam  pelaksanaan. Sejauh memenuhi ketentuan minimal; ada kedua mempelai, ada wali, ada saksi, dan ada mahar, cukuplah. Selanjutnya, suami dapat melaksanakan walimah --meskipun hanya dengan seekor kambing-- setelah memboyong istrinya ke rumah.
Beberapa hal yang bisa menjadi sumber masalah, antara lain:
Anak yang Diharapkan
Ada anak yang sangat diharapkan oleh keluarga dan sanak saudara. Ia menjadi orang yang dibanggakan. Ia menjadi orang yang diperhatikan dan didengarkan. Keluarga merasa kurang lengkap kalau ia tidak hadir dalam acara yang khas keluarga.
Anak yang diharapkan bisa juga karena keluarga bertumpu kepadanya untuk melanjutkan garis kehormatan keluarga; untuk melanjutkan klan keluarga --apa pun istilahnya.
Posisi sebagai anak yang diharapkan dapat menjadikan istri pilihannya lebih mudah  diterima  dan  dipahami oleh  keluarga.  Keluarga  memberi  dukungan  yang penuh dan tulus kepada menantunya, sehingga memudahkan dia dalam penyesuaian diri. Bisa juga sebaliknya, keluarga bias dengan sikapnya terhadap orang yang sekarang menjadi suami Anda. Keluarga biasa memperlakukannya sebagai porselen antik,   sehingga   mereka   mengharapkan   Anda   memperlakukan   suami   (juga keluarganya, barangkali) sebagai porselen antik. Padahal Anda dan suami menghendaki pola interaksi yang berbeda.

Keluarga yang Menuntut

Sikap menuntut kadang menimbulkan masalah. Ini terutama jika tidak diimbangi dengan  kelapangan hati  bahwa  setiap  orang  memiliki  sejarah  hidup  dan  sejarah keluarga sendiri. Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Setiap orang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang berbeda-beda keadaannya maupun kerangka sikapnya. Pola berpikir antara dua orang bersaudara saja bisa berbeda.
Sikap menuntut yang tidak diimbangi dengan penerimaan tentang keunikan perkembangan setiap manusia, menyebabkan keluarga tidak mau mengerti mengenai proses belajar. Mereka menuntut menantunya untuk bisa bersikap dan berperilaku sesuai “standar nilai keluarga” dengan tidak memberi permakluman bahwa untuk itu orang membutuhkan waktu. Waktu untuk belajar, waktu untuk menyesuaikan diri, dan waktu untuk mensinkronkan nilai-nilai yang ada dalam dirinya.
Di sinilah perlu komunikasi yang baik. Setiap kita wajar memiliki tuntutan. Yang kita  perlukan  adalah  mempertemukan  tuntutan-tuntutan  itu  agar  tidak  menjadi benturan yang keras.

Saudara Perempuan Serumah

Salah satu hal yang riskan ketika saudara perempuan serumah dengan istri adalah pembandingan. Saudara perempuan membandingkan dengan apa yang ideal menurutnya terhadap iparnya; membandingkan dirinya atau bahkan ibu dan kerabat dengan iparnya. Masalah juga bisa muncul jika saudara perempuan memiliki kecemburuan terhadap iparnya karena “telah mengambil” perhatian saudaranya.
Masalah ini ketika disimak kadang terasa lucu. Akan tetapi, peristiwa semacam ini acapkali memang terjadi. Meskipun demikian, tentu saja Anda jangan menggeneralisir sehingga menyamaratakan. Kehadiran saudara perempuan serumah kadang malah sangat positif karena mau memahami, mendampingi, membimbing ipar dalam memahami suaminya. Ini memudahkan istri mengenali dan menyesuaikan diri dengan suaminya.
Insya-Allah   benturan-benturan   tidak   akan   terjadi   seandainya   keluarga memahami agama, sehingga mereka menghormati kedudukan menantu dan saudara ipar dalam rumah serta memahami batas-batas hak dan kewajiban. Benturan kadang muncul karena tuntutan maupun penilaian didasarkan pada standar nilai pribadi yang kadang tidak jelas ukurannya.
Selain itu, peran suami dalam menyelaraskan sikap keluarga dengan istrinya sangat banyak menentukan. Misalnya berkenaan dengan kecemburuan saudara perempuannya, ia dapat menetralisir sejak awal.
Pada akhirnya, memang kedewasaan sikap dari kita yang banyak menentukan. Masalahnya, apakah kita selama ini telah cukup dewasa dalam mengarifi kehidupan kita? Itulah!

PRIORITAS TEMPAT TINGGAL

Setelah  menikah, maka  yang  harus  ditaati  pertama kali  oleh  seorang suami adalah orangtua, terutama ibunya. Sedang bagi istri, yang pertama kali harus dipatuhi adalah suaminya. Suami berkewajiban menyediakan tempat tinggal bagi istri. Sebagai imbangan, istri harus bersedia bertempat tinggal di mana pun, sejauh suami tidak menjerumuskan dengan menempatkannya pada lingkungan yang rusak dan penuh kefasikan (naudzubillahi min dzalik).
Kalau  suatu  saat  mereka  dihadapkan  pada  pilihan  untuk  tinggal  bersama orangtua agar bisa berkhidmat kepada mereka, sedangkan orangtua dari kedua belah pihak menghendaki, maka yang perlu diprioritaskan pertama kali adalah orangtua suami. Sesudah itu, baru orangtua istri. Meskipun demikian, jalan musyawarah adalah lebih baik, sehingga tercapai kemaslahatan bersama.
Ada hukum. Ada kearifan (tanpa merusak hukum).
Sampai di sini pembahasan kita tentang tempat tinggal. Semoga bermanfaat. Semoga Allah Swt. memberikan barakah dan ampunan-Nya. Allahumma amin.
Catatan Kaki:
1. Periksa misalnya dalam buku Suami-Istri Islami karya Dr. Musa Kamil terbitan Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997.
2. Penjagaan terhadap privacy istri ini terutama menonjol pada pandangan mazhab Hanafi.  Menurut  mazhab  Hanafi,  suami  harus  menyediakan tempat  tinggal untuk istrinya di satu rumah yang terpisah, tidak ada seorang pun keluarganya di situ, kecuali yang dikehendaki oleh istrinya.
3. Melepaskan ikatan keluarga tidak dalam pengertian mengurangi silaturrahmi, apalagi sampai memutus. Melepaskan ikatan keluarga berarti melepaskan pola berumahtangga sebagaimana yang diterimanya dalam keluarga orangtua, untuk kemudian bisa memulai pola kehidupan berumahtangga sebagaimana dikehendaki oleh kedua pihak: suami dan istri. Semoga dengan demikian, lebih mudah mencapai keharmonisan dan kekukuhan. Wallahu A’lam bishawab.
4. Pembahasan mengenai pandangan-dunia aktual dan pandangan-dunia tekstual silakan lihat pada buku Mendidik Anak menuju Taklif (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996).
5. Dalam bab ini, jika saya menyebut kata mertua dan orangtua secara bersamaan, maka kata mertua berarti orangtua istri. Sedang kata orangtua berarti orangtua suami. Ini karena yang berkewajiban menyediakan tempat tinggal adalah suami, sehingga pembicaraan ini seakan-akan saya tujukan kepada suami. Meskipun sesungguhnya juga perlu dibaca oleh istri karena istri juga bisa ikut memberi pertimbangan.
6. Saya belum menemukan sumber tertulis apakah qaul (pendapat, nasehat) ini memang berasal dari beliau r.a. atau tidak. Karena itu saya tidak memastikan bahwa qaul ini berasal dari beliau. Meskipun demikian dari isinya, insya-Allah kita bisa mengambil beberapa pelajaran yang bermanfaat.
7. Coercive-communication adalah pola komunikasi yang memberi efek perasaan dipaksa atau terpaksa pada orang yang diajak berkomunikasi. Pembahasan lebih lanjut tentang coercive communication bisa Anda baca pada bab Komunikasi Suami-Istri di jendela ketiga buku ini.







Tante Butuh Pelampiasan



Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan oleh orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual.
Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka!!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yang tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan mengelus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.
Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku.
Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpon kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggam jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali ke kesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali.
Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu? Kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh….. kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget!!! Tapi Ok lho?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kangen banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”.
Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamar di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali.
“Kamu sering kemari?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum.
“Baru kali ini Tante” sambungnya.
“Jangan panggil aku tante terus dong?! ” pintaku.
Lagi-lagi dia tersenyum. “Baik Yulia” katanya.
Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatah pun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah….. macam-macamlah!!!.
Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya.
“Kamu menangis Yulia?” tanyanya.
Aku diam, isak tangisku semakin serius.
“Kenapa?” tanyanya lagi.
Ronald menghapus air mataku dengan lembutnya.
“Kamu menyesal kemari Yulia?” tanya Ronald lagi.
Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ke tempat tidur. Aku berbaring di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah…. rasanya selangit banget!.
Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan “penis” sementara belum pernah aku merasakan nikmatnya. Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agar dia membuka kancing busanaku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku sudah bugil total! Ronald memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil.
Aduh…… jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi.
Ronald mengelus payudaraku, lalu…… mengisapnya. Oh….. nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah kusaksikan di film porno. Aku menunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggeliat setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali menarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap.
Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbaring dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginaku, oh…. kok sakit, perih?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya.
Hingga…. cret… cret… cret… air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan!!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis.
“Jadi kamu masih perawan?!” tanyanya heran.
Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibirnya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah…. bodo amat! Aku juga bingung! Hampir satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.
Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama!! Tapi lumayan buat pemula. Setelah istirahat makan, kami tidur-tiduran sambil ngobrol, posisi masih dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. Membersihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, terkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang…… dan……. oh,…. kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronald agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia melakukannya, kini dia tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh…. aku menggeliat kenikmatan.
Akupun tak mau kalah usaha, kukocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, kutempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya ke bagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali.
“Kamu curang! Belum apa-apa sudah keluar!” seruku.
“Sorry, enggak tahan….” jawabnya.
Kutarik dia dan kutuntun penis Ronald masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah…. aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasa ada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.
Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk.
“Aku sayang kamu Yulia” terdengar suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam.
Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali.
“Aku juga sayang kamu Ron” kataku lirih.
“Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara” sambungku lagi.
Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anak muda ini? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali ke rumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karuan.
Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku keluar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.
Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah… macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik!!! Dalam kesendirianku ini… Segalanya bisa berubah … Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronald, aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh…. Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes